Indonesia Pusaka
Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata
Sungguh
indah tanah air beta
Tiada bandingnya di dunia
Karya indah Tuhan Maha Kuasa
Bagi bangsa yang memujanya
Indonesia ibu pertiwi
Kau kupuja kau kukasihi
Tenagaku bahkan pun jiwaku
Kepadamu rela kuberi
Nama Lengkap : Ismail Marzuki
Alias :
Ismail
Profesi : Musisi
Agama : Islam
Tempat Lahir :
Jakarta
Tanggal Lahir :
Senin, 11 Mei 1914
Zodiac : Taurus
Warga Negara :
Indonesia
Latar belakang ismail marzuki
Ismail
Marzuki (lahir di Kwitang, Senen, Batavia, 11 Mei 1914 – meninggal di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta, 25 Mei 1958 pada umur 44 tahun) adalah salah seorang komponis besar Indonesia. Namanya sekarang diabadikan sebagai suatu pusat seni di Jakarta
yaitu Taman Ismail Marzuki (TIM) di kawasan Salemba, Jakarta Pusat.
Ismail Marzuki adalah seorang komponis besar Indonesia yang semasa hidupnya sudah menciptakan lebih dari 200 buah lagu. Diantaranya lagu Sepasang Mata Bola, Rayuan Pulau kelapa, Indonesia Pusaka, dan lain-lain. Namanya diabadikan sebagai nama pusat kesenian di Jakarta, yaitu Taman Ismail Marzuki (TIM). Karyanya yang luar biasa bagi negara membuat pemerintah juga memberikan gelar Pahlawan Nasional kepadanya pada 2004.
Ismail Marzuki adalah seorang komponis besar Indonesia yang semasa hidupnya sudah menciptakan lebih dari 200 buah lagu. Diantaranya lagu Sepasang Mata Bola, Rayuan Pulau kelapa, Indonesia Pusaka, dan lain-lain. Namanya diabadikan sebagai nama pusat kesenian di Jakarta, yaitu Taman Ismail Marzuki (TIM). Karyanya yang luar biasa bagi negara membuat pemerintah juga memberikan gelar Pahlawan Nasional kepadanya pada 2004.
Ismail Marzuki atau Bang Maing adalah putra
Betawi asli. Sejak kecil ia tidak banyak menerima kasih saying sang ibu, karena
ibunya meninggal ketika ia berusia tiga bulan. Sebelumnya Ismail Marzuki juga telah kehilangan 2 orang
kakaknya bernama Yusuf dan Yakup yang telah mendahului saat dilahirkan.
Kemudian beliau tinggal bersama ayah dan seorang kakaknya yang masih hidup
bernama Hamidah, yang umurnya lebih tua 12 tahun dari Ismail
Ismail menempuh pendidikan di HIS Idenburg,
Menteng sampai tamat kelas 7, dilanjutkan ke MULO di jalan Menjangan, Jakarta.
Saat itu ia dibelikan ayahnya alat musik seperto harmonika, mandolin, dan
lain-lain. Dengan alat musik itu ia bermain musik dan menciptakan lagu. Lagu
pertamanya berjudul O Sarinah yang ia ciptakan saat
berusia 17 tahun.
Dengan bekal ijazah MULO dan lancar berbahasa
Inggris dan Belanda ia diterima bekerja di Socony Servie Station. Tetapi ia
tidak lama bekerja disana. Ismail kemudian bekerja di perusahaan dagang KK
Nies, yang menjual alat-alat musik dan merekam piringan hitam. Ia senang
bekerja disana karena bisa menyalurkan bakatnya dalam bidang musik.
Sejak usia muda Ismail sudah menguasai berbagai
alat musik. Sekitar tahun 1936 Ismail bergabung dengan perkumpulan orkes Lief
Java pimpinan Hugo Dumas. Disanalah kemampuannya meningkat pesat. Ia sangat
kreatif mengaransemen lagu beragam genre, lagu-lagu Barat, irama keroncong,
maupun langgam Melayu. Ia yang pertama memperkenalkan instrument akordean
kedalam langgam Melayu sebagai pengganti harmonium pompa.
Sejak itu ia memperoleh kesempatan tampil dalam
siaran Nederlands Indische Omroap Maatschapij dan tidak pernah meninggalkan
dunia radio. Kegiatannya lebih banyak menggubah dan mengaransemen lagu-lagu.
Saat pendengar radio meminta Lief java menyiarkan lagu-lagu Hawaii juga, maka
dibentuk sebuah Band Hawaiian dengan nama Sweet Java Islander yang diisi oleh
Ismail, Victor Tobing, Hasan Basri, Pek De Rosario,dan Hardjomuljo.
Karya-karya Ismail pertama mulai direkam ke
piringan hitam pada 1937 yang disambut hangat oleh para penggemar musik.
Diantara lagu yang direkam antara lain O Sarinah, Ali Baba Rumba, dan Olhe Lheu Dari Kotaradja.
Setahun kemudian Ismail mengisi suara dalam film Terang Bulan ,yang
diperankan oleh Rd. Muchtar dalam lagu Duduk Termenung, karena
bintang film itu tidak sanggup menyanyikannya. Kesuksesan di dunia film
membuatnya diundang ke Malaysia dan Singapura dalam serangkaian
pementasan.
Salah satu lagu yang ia ciptakan pada 1939
berjudul Als De Orchideen Bloeien, sangat memikat hati penggemar di
seluruh tanah air bahkan hingga ke negeri Belanda. Pemancar Radio Hilversium,
Nederland, sering menyiarkan lagu itu atas permintaan pendengar.
Pada masa penjajahan Jepang ia melakukan
perlawanan dengan caranya sendiri melalui lagu. Ia menggubah lagu Bisikan Tanah Air serta lagu Indonesia Pusaka. Ia pernah dipanggil oleh Kenpetai untuk
dimintai penjelasan saat lagu itu disiarkan secara luas di radio. Ia juga
membuat lagu perjuangan untuk Peta (Pembela Tanah Air), yaitu mars Gagah Perwira. LaguRayuan Pulau Kelapa ia
ciptakan tahun 1944. Ia tidak sendiri, karena komposer lain seperti Cornel
Simandjuntak membuat lagu yang menggugah semangat, Maju Tak
Gentar, dan Kusbini membuat lagu yang membangkitkan perasaan Bagimu Negeri.
Ismail menikah pada 1940 dengan Eulis Zuraidah.
Sampai akhir hayatnya Ismail tidak dikaruniai anak. Tetapi ia memiliki seorang
anak angkat bernama Rachmi Aziah.
Pada tahun 1956 Ismail jatuh sakit. Lagu
terakhir yang ia ciptakan yang dibuat pada masa sakit berjudul Inikah bahagia? Pada tanggal 25 Mei 1958 di Jakarta,
Ismail meninggal dunia di usia 44 tahun.
Mochtadin si beted
Mochtadin si beted
No comments:
Post a Comment