tentang Wage Rudolf Supratman dan lagu indonesia raya aslinya lagu indonesia raya aslinya
tentang Wage Rudolf Supratman dan lagu
indonesia raya aslinya
I
Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku.
Di sanalah aku berdiri,
Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku,
Tanah tumpah darahku.
Di sanalah aku berdiri,
Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku,
Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseru,
Indonesia bersatu!
Hiduplah tanahku, Hiduplah neg’riku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya,
Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya.
II
Indonesia, tanah yang mulia,
Tanah kita yang kaya.
Di sanalah aku berdiri,
Untuk s’lama-lamanya.
Indonesia, tanah pusaka,
P’saka kita semuanya,
Marilah kita mendoa,
Indonesia bahagia.
Suburlah tanahnya, Suburlah jiwanya,
Bangsanya, Rakyatnya, semuanya!
Sadarlah hatinya, Sadarlah budinya,
Untuk Indonesia Raya.
III
Indonesia, tanah yang suci,
Tanah kita yang sakti,
Di sanalah aku berdiri,
N’jaga ibu sejati.
Indonesia, tanah berseri,
Tanah yang aku sayangi,
Marilah kita berjanji,
Indonesia abadi.
S’lamatlah rakyatnya, S’lamatlah putranya,
Pulaunya, lautnya, semuanya,
Majulah Neg’rinya, Majulah pandunya,
Untuk Indonesia Raya.
Refrain
Indonesia Raya!
Merdeka! Merdeka!
Tanahku, neg’riku yang kucinta!
Indonesia Raya!
Merdeka! Merdeka!
Marilah kita berseru,
Indonesia bersatu!
Hiduplah tanahku, Hiduplah neg’riku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya,
Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya.
II
Indonesia, tanah yang mulia,
Tanah kita yang kaya.
Di sanalah aku berdiri,
Untuk s’lama-lamanya.
Indonesia, tanah pusaka,
P’saka kita semuanya,
Marilah kita mendoa,
Indonesia bahagia.
Suburlah tanahnya, Suburlah jiwanya,
Bangsanya, Rakyatnya, semuanya!
Sadarlah hatinya, Sadarlah budinya,
Untuk Indonesia Raya.
III
Indonesia, tanah yang suci,
Tanah kita yang sakti,
Di sanalah aku berdiri,
N’jaga ibu sejati.
Indonesia, tanah berseri,
Tanah yang aku sayangi,
Marilah kita berjanji,
Indonesia abadi.
S’lamatlah rakyatnya, S’lamatlah putranya,
Pulaunya, lautnya, semuanya,
Majulah Neg’rinya, Majulah pandunya,
Untuk Indonesia Raya.
Refrain
Indonesia Raya!
Merdeka! Merdeka!
Tanahku, neg’riku yang kucinta!
Indonesia Raya!
Merdeka! Merdeka!
Hiduplah
Indonesia Raya!
tentang
Wage Rudolf Supratman
Nama Lengkap : Wage Rudolph Soepratman
Alias : WR. Soepratman
Profesi
: Pahlawan Nasional
Tempat Lahir : Jatinegara, Jakarta
Tanggal Lahir : Senin, 9 Maret 1903
Zodiac : Pisces
Warga Negara :
Indonesia
Ayah : Senen
Ayah : Senen
Wage Rudolf Soepratman adalah pengarang lagu kebangsaan Indonesia
Raya yang telah dikukuhkan sebagai pahlawan nasional Indonesia. WR Soepratman
merupakan salah satu putra dari seorang sersan di Batalyon VIII bernama Senen.
WR Soepratman lahir di Jatinegara, Jakarta pada tanggal 9 Maret 1903. Dia
menamatkan sekolah dasarnya di Jakarta. Pada tahun 1914, WR Soepratman ikut
kakak perempuannya yang bernama Roekijem pindah ke Makassar.
Di sana dia disekolahkan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang
bernama Willem van Eldik. Soepratman lalu belajar bahasa Belanda di sekolah
malam selama tiga tahun, kemudian melanjutkannya ke Normaalschool di Makassar
sampai selesai. Ketika berumur 20 tahun, lalu dijadikan guru di Sekolah Angka
2.
Setelah tidak lagi menjadi seorang guru, WR Soepratman kemudian bekerja di sebuah perusahaan dagang. Setelah beberapa waktu lamanya WR Soepratman memutuskan untuk pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita. Pekerjaan itu sendiri tetap dilakukannya meskipun akhirnya dia tinggal di Jakarta. Di Jakarta inilah, WR Soepratman mulai tertarik dengan organisasi pergerakan nasional yang akhirnya membuat dirinya banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan.
Rasa tidak senangnya terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan
akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang
beredar oleh pemerintah Belanda. Rasa cintanya terhadap Indonesia semakin hari
semakin besar sehingga membuatnya ingin menyumbangkan sesuatu bagi perjuangan
bangsanya. Tetapi, ia tidak tahu bagaimana caranya, karena ia hanya seorang
wartawan dan pemain musik hingga suatu hari, secara kebetulan WR Soepratman
membaca artikel berjudul Manakah Komponis Indonesia yang Bisa Menciptakan Lagu
Kebangsaan Indonesia yang Dapat Membangkitkan Semangat Rakyat dalam majalah
Timboel terbitan Solo. Membaca artikel ini, hati Soepratman tergerak. Dan
merasa tulisan itu seolah ditujukan kepada dirinya.
Tidak ada catatan yang pasti kapan Soepratman menulis lagu
kebangsaan. Ada pendapat yang menyatakan ia menciptakannya tahun 1926. Pada
Kongres Pemuda Pertama (1926), Soepratman yang hadir ingin menawarkan kepada
ketua kongres agar ia diberi kesempatan memperdengarkan lagu itu di hadapan
para peserta namun karena keberaniannya belum cukup WR Soepratman akhirnya
membatalkan niatnya. Baru pada Kongres Pemuda Kedua, tanggal 28 Oktober 1928,
pada malam penutupan, WR Soepratman dengan gesekan biolanya mengiringi
sebarisan paduan suara membawakan lagu Indonesia Raya.
Dua bulan setelah lagu ini diperkenalkan, ode tersebut menjadi
sangat populer. Lagu ini kemudian banyak dinyanyikan dalam acara-acara penting.
WR Soepratman kemudian memiliki ide untuk mengabadikan lagu perjuangan itu ke
dalam piringan hitam. Untuk merealisasikan idenya, WR Soepratman lantas
menghubungi Yo Kim Tjan yang akhirnya membantunya merekam, memperbanyak dan
menjual piringan hitam berisi lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya. Dalam
piringan tersebut, WR Soepratman memainkan biola sambil menyanyikan lagu
Indonesia Raya dengan dua irama, mars dan keroncong.
Maraknya peredaran lagu Indonesia Raya ini,
membuat WR Soepratman sering diinterogasi PID (intel Belanda) yang sempat
berujung pada pelarangan peredaran lagu tersebut. Protes atas pelarangan lagu
itu pun berdatangan dari berbagai pihak yang menyebabkan Volkraad turun tangan
dimana akhirnya kata ”merdeka-merdeka” hanya boleh digunakan ketika lagu
dinyanyikan di ruang tertutup. Hingga akhir hayatnya, WR Soepratman masih
menjadi incaran polisi hindia Belanda karena telah menciptakan lagu Indonesia
Raya sampai akhirnya dia jatuh
No comments:
Post a Comment