Menurut Pararaton, nama asli Jayanagara adalah Raden
Kalagemet putra Raden Wijaya dan Dara Petak. Ibunya ini berasal dari Kerajaan
Dharmasraya di Pulau Sumatra. Ia dibawa Kebo Anabrang ke tanah Jawa sepuluh
hari setelah pengusiran pasukan Mongol oleh pihak Majapahit. Raden Wijaya yang
sebelumnya telah memiliki dua orang istri putri Kertanagara, kemudian
menjadikan Dara Petak sebagai Stri Tinuheng Pura, atau "istri yang
dituakan di istana".
Menurut Pararaton, pengusiran pasukan Mongol dan
berdirinya Kerajaan Majapahit terjadi pada tahun 1294. Sedangkan menurut kronik
Cinadari dinasti Yuan, pasukan yang dipimpin oleh Ike Mese itu meninggalkan
Jawa tanggal 24 April 1293. Naskah Nagarakretagama juga menyebut angka tahun
1293.maka kedatangan Kebo Anabrang dan Dara Petak terjadi pada tanggal 4 Mei 1293, dan
kelahiran Jayanagara terjadi dalam tahun 1294.
.
Nama Dara Petak tidak dijumpai dalam Nagarakretagama dan
prasasti-prasasti peninggalan Majapahit. Menurut Nagarakretagama, Raden Wijaya
bukan hanya menikahi dua, tetapi empat orang putri Kertanagara, yaitu
Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi, dan Gayatri. Sedangkan
Jayanagara dilahirkan dari istri yang bernama Indreswari. Hal ini menimbulkan
dugaan kalau Indreswari adalah nama lain Dara Petak.
Sepeninggal Kertarajasa pada tahun 1309, putranya
Jayanagara dinobatkan menjadi raja dengan bergelar Sri
Sundarapandyadewadhiswara nama rajabhiseka Wikramottunggadewa.
Kertarajasa memiliki tujuh orang dharmaputera (pangalasan
wineh suka = pejabat-pejabat yang diberi anugerah raja) yaituSemi, Kuti,
Pangsa, Wedeng, Yuyu, Tanca dan Banyak. Mereka tidak puas dengan penobatan
Jayanagara sebagai raja Majapahit, maka mereka mengadakan komplotan untuk
menggulingkan Sang Prabhu. Namun menurut adat peraturan, mereka tidak mempunyai
wewenang untuk mewaris tahta kerajaan.Sewaktu menjadi raja, Jayanegara masih berusia muda
sehingga dimanfaatkan orang-orang yang merasa tidak puas untuk memberontak.,
timbullah beberapa pemberontakan pada masa Raja Jayanegara,
1. Pemberontakan
Ranggalawe (1309) => Ranggalawe sangat kecewa karena tidak diberi kedudukan Patih
di Istana Majapahit, dia hanya diberikan kedudukan yang lebih rendah sebagai
penguasa wilayah. Pemberontakannya dapat segera dihancurkan.
2. Pemberontakan Lembu Sora (1311) => Lembu Sora memberontak karena mendapat hasutan dari
seorang pejabat Majapahit yang bernama Mahapati. Mahapati sebenarnya juga musuh
dalam selimut bagi Raja Jayanegara, yang selalu membuat intrik dan konspirasi
dalam Istana. Pemberontakan Lembu Sora dapat digagalkan pihak Istana.
3. Pemberontakan
Nambi (1316) => Nambi memberontak karrena ambisi ayahnya Aria Wiraraja agar
Nambi menjadi raja. Sehingga meskipun Nambi sudah diberi kedudukan yang tinggi
sebagai Patih istana, tetap saja ia memberontak. Dia bersama ayahnya sempat
membuat pertahanan di Pajarakan, tetapi akhirnya dapat dihancurkan juga.
4. Pemberontakan Kuti (1319) => Kuti dapat menduduki istana kerajaan sehingga Raja Jayanegara
terpaksa meninggalkan Istana. Oleh para Bhayangkari Kerajaan di bawah pimpinan
Gajah Mada, raja disembunyikan di tempat yang sangat dirahasiakan yaitu di desa
Badander. Atas inisiatif dan usaha dari Gajah Mada maka akhirnya pihak kerajaan
dapat menyusun kekuatan dan merebut kembali istana. Akhirnya raja Jayanegara
dapat kembali lagi ke istana.
Dalam peristiwa pemberontakan Kuti, muncullah seorang
tokoh yang kemudian akan memegang peranan penting dalam sejarah Majapahit,
yaitu Gajah Mada. Pada waktu itu ia berkedudukan sebagai seorang anggota
pasukan pengawal raja (bekel bhayangkari). Berkat siasat Gajah Mada dalam
peristiwa di Bedander, raja dapat diselamatkan dan Kuti dapat dibunuh. Gajah
Mada diangkat menjadi patih di Kahuripan, kemudian dinaikkan pangkatnya menjadi
patih di Daha.
Dalam tahun 1321 Odorico di Pordenone mengunjungi Jawa,
ia menceritakan bahwa raja Jawa mempunyai tujuh orang raja takluk, istananya
penuh dengan perhiasan emas, perak dan permata. Khan yang agung dari Cathay
sering bermusuhan dengan raja Jawa, tetapi selalu dapat dikalahkan oleh raja
Jawa. Pulau Jawa amat padat penduduknya dan menghasilkan rempah-rempah
Dari masa pemerintahan raja Jayanagara hanya dikenal tiga
buah prasasti yang dikeluarkan olehnya, yaitu prasasti Tuhanaru, prasasti
Balambangan dan prasasti Balitar I. Prasasti Tuhanaru yang berangka tahun 1245
Saka (13 Desember 1323) berisi penetapan kembali desa Tuhanaru dan Kusambyan
sebagai daerah swatantra atas permohonan Dyah Makaradhwaja. Permohonan itu
dikabulkan oleh raja karena Dyah Makaradhwaja telah menunjukkan kesetiaan dan
kebaktiannya kepada raja, mempertaruhkan jiwanya demi teguhnya kedudukan raja di
atas singhasana memerintah seluruh mandala pulau Jawa. Karena kesetiaannya itu
Dyah Makaradhwaja dianggap sebagai anak oleh raja.
Prasasti Balambangan yang hanya tinggal satu lempeng,
memperingati penetapan daerah Balambangan sebagai daerah pendidikan
Prasasti Balitar I dipahatkan pada sebuah batudan
ditemukan di daerah Blitar, angka tahunnya ialah 1246 Saka (5 Agustus 1324) dan
menyebutkan gelar abhiseka Jayanagara sebagai Sri Sundarapandyadewa nama
maharajabhiseka Sri Wisnuwangsa ....Pada tahun 1328 raja Jayanagara meninggal
karena dibunuh oleh Tanca, seorang dharmaputera yang bertindak sebagai tabib,
peristiwa pembunuhan ini dalam kitab Pararaton disebut dengan patanca. Tanca
seketika itu juga dibunuh oleh Gajah Mada. catatanJayanagara (lahir: 1294 - wafat:
1328) adalah raja kedua Kerajaan Majapahit yang memerintah pada tahun
1309-1328, dengan bergelar Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa
Adhiswara. Pemerintahan Jayanagara terkenal sebagai masa pergolakan dalam
sejarah awal Kerajaan Majapahit. Ia sendiri meninggal akibat dibunuh oleh tabib
istananya. Mochtadin si beted
No comments:
Post a Comment