tidak pernah muncul
dalam prasasti. Karenanya sebagian banyak ahli sejarah belum terang benderang
mengidentifikasi siapa satu tokoh populer Majapahit ini. Bhre Kertabhumi adalah
Paduka Bhattara yang berkuasa di keraton Kertabhumi. Tentu saja sebagaimana adat
tradisi pararaja Majapahit, seorang raja memiliki gelar kerajaan atau abhiseka
dan nama muda yang dicirikan dengan penggunaan gelar kebangsawanan ‘. Bhre
berasal dari kata Sansekerta Bhra dan i atau ing. Bhra dalam bahasa sansekerta
artinya sinar, raja. Ing atau i artinya di. Karena ini menyangkut tokoh dan
kerajaan, maka istilah Bhra artinya raja atau baginda. Sementara Kertabhumi
adalah nama keraton. Jadi Bhre Kertabhumi adalah raja yang bertahta di keraton
Kertabhumi.
nama lengkap Bhre
Kertabhumi adalah Girindrawardhana dyah Ranawijaya. tahun 1447M ketika Majapahit bertahta sri
maharaja Wijaya Parakrama Wardhana dyah Kertawijaya yang merupakan kakek Bhre
Kertabhumi. Wijaya Parakrama Wardhana dyah Kertawijaya bertahta pada
1447-1451M. Merupakan keturunan keempat Sri Nata Kertarajasa dan Sang Rajapatni
Dyah Gayatri. Putra bungsu sri maharaja
Wikramawardhana dan
Kusumawardhani ini mengeluarkan prasasti yang dikenal sebagai prasasti Wijaya
Parakrama Wardhana atau Waringin Pitu, 1447M.
Dalam prasasti itu Sri
Nata disetarakan dengan Dewa Wisnu, salah satu dewa dalam agama Trimurti yang
berkuasa memelihara ketenteraman dunia,
Jagadraksanalocananalasya
taralemeh rasike kalocita ning karaksanin jagad. Prasasti Waringin Pitu
menyebutkan 14 keraton bawahan Majapahit dan seluruh anggota wangsa Girindra
menempati tiap-tiap keraton itu.
Urutan raja dan ratu
yang berkuasa di keraton bawahan Majapahit pada tahun 1447M adalah sebagai
berikut:
Bhre Daha V Sri Bhattara
Jayawardhani Dyah Jayeswari.
Bhre Jagaraga I Sri
bhattara Wijaya Indudewi Dyah Wijaya Duhita.
Bhre Kahuripan VI
Rajasawardhana Dyah Wijaya Kumara.
Bhre Tanjungpura I
Manggalawardhana Dyah Suragarini.
Bhre Pajang III Dyah
Sureswari.
Bhre Kembang Jenar I
Rajanandeswari Dyah Sudarmini.
Brhe Wengker III
Girisawardhana Dyah Suryawikrama.
Bhre Kabalan III
Mahamahisi Dyah Sawitri.
Brhe Tumapel IV Singa
Wikrama Wardhana Dyah Suraprabawa.
Bhre Singapura I Rajasa
Wardhana Dewi Dyah Seripura.
Brhe Matahun III Wijaya
Parakrama Dyah Samarawijaya.
Bhre Wirabhumi III
Rajasawardhanendudewi Dyah Pureswari.
Brhe Keling III
Girindrawardhana Dyah Wijayakarana.
Bhre Kalinggapura I
Kamalawarnnadewi Dyah Sudayita.
Jika raja wafat, yang
berhak menggantikan adalah Baginda Rajasawardhana. Dalam Pararaton Baginda Rajasawardhana
disebut Sang Sinagara. Girisawardhana dyah Suryawikrama merupakan putra kedua
pasangan sri maharaja Wijaya Parakrama Wardhana dyah Kertawijaya dan permaisuri
dyah Jayeswari, sehingga kedudukannya tepat dibawah Rajasawardhana.
Singa Wikrama Wardhana
dyah Suraprabhawa adalah putra bungsu pasangan Kertawijaya dan Jayeswari. Maka
pantas dalam prasasti menduduki posisi pangeran ketiga. Wijaya Parakrama Dyah
Samarawijaya, merupakan putra sulung dari pangeran tertua yaitu Rajasawardhana
dyah Wijaya Kumara dari permaisuri Ratu Tanjungpura Manggalawardhani dyah
Suragharini. Samarawijaya kelak dinobatkan sebagai putra mahkota setelah
ayahnya menjadi raja Majapahit tahun 1451M. Namanya tertulis dalam prasasti
karena merupakan cucu lelaki tertua sri maharaja Wijaya Parakrama Wardhana dyah
Kertawijaya. Lalu Girindrawardhana Dyah Wijayakarana, adalah putra kedua
Rajasawardhana dari permaisuri Ratu Tanjungpura. Atau adik kandung Wijaya
Parakrama dyah Samarawijaya.
Sementara itu bagian
akhir Serat Pararaton memberitakan ada empat putra Rajasawardhana atau Sang
Sinagara, yaitu
Bhre Koripan,
Bhre Mataram,
Bhre Pamotan,
Bhre Kertabhumi.
Bagian terakhir serat
Pararaton menulis: “bhre pandan salas anjeneng ing tumapel anuli prabhu i saka
brahmana naga kaya tunggal, 1388. prabhu rong tahun, tumuli sah saking kadaton,
putranira sang sinagara, bhre koripan, bhre mataram, bhre pamotan, pamungsu
bhre kertabhumi. kapernah paman, bhre prabhu sang mokta ring kadaton i saka sunya
nora yuganing wong, 1400. tumuli guntur pawatu gunung i saka kayambara sagara
iku, 1403.”
Terjemahan bebas SIWI SANG: “bhre pandansalas
dinobatkan sebagai baginda di tumapel lalu menjadi maharaja majapahit pada
tahun saka 1388/1466M. ketika sang prabhu baru bertahta selama dua tahun,
anak-anak sang sinagara meninggalkan istana, yaitu bhre kahuripan, bhre
mataram, bhre pamotan, dan pamungsu bhre kertabhumi. baginda prabhu ini
kapernah atau merupakan paman dari anak-anak sang sinagara. baginda prabhu wafat
di keraton pada tahun saka 1400/1478M. lalu terjadi peristiwa gunung meletus di
minggu watugunung tahun saka 1403/1481M.”
Putra Rajasawardhana
Sang Sinagara yang disebut Pararaton sebagai Bhre Kahuripan adalah
Samarawijaya. Setelah Rajasawardhana naik tahta, Samarawijaya pindah dari
Matahun ke Kahuripan, sebagai putra mahkota. Tahun 1447M, dyah Samarawijaya
masih tercatat dalam prasasti sebagai bhre Matahun. Putra Rajasawardhana yang
disebut Pararaton sebagai Bhre Mataram adalah Girindrawardhana Dyah Wijayakarana.
Setelah ayahnya naik tahta, ia pindah dari Keling ke Mataram. Tahun 1447M, dyah
Wijayakarana tercatat dalam prasasti sebagai bhre Keling.
Pada 1447M, Bhre Pamotan
Wijayakusuma dan Bhre Kertabhumi Ranawijaya belum lahir. Itulah sebab keduanya
belum tertulis dalam prasasti yang dikeluarkan kakeknya,
No comments:
Post a Comment