5.Sunan Giri,
sunan yang semula
bernama Raden Paku ini adalah asli murid dari Sunan Ampel. Ia berkedudukan di
bukit Giri, dekat Gresik.
5.Sunan Giri,
Sunan Giri adalah putra
Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad, merupakan
murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan
pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan sebagai
pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke
kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri
Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
Latar Belakang Sunan Giri
Raden Paku merupakan
putra dari seorang mubaligh Islam dari Asia Tengah yang menikah dengan Dewi
Sekardadu. Dewi Sekardadu adalah putri Prabu Menak Sembuyung sang penguasa
wilayah Blambangan. Kelahiran Raden Paku diangap membawa petaka berupa wabah
penyakit di wilayah Blambangan, Pasai. Sehingga Dewi dipaksa Prabu Menak
Sembuyung (ayahnya) untuk membuang Raden Paku yang masih bayi. Dewi Sekardadu
akhirnya membuang putranya ke Selat Bali.
Kemudian Raden Paku ditemukan oleh sekelompok awak kapal, yaitu
Sabar dan Sobir. Bayi tersebut dibawa ke daerah Gresik. Saat tiba di Gresik,
Raden Paku diangkat menjadi anak dari saudagar kapal, Nyai Gede Pinatih.
Karena ditemukan di laut, Raden Patah saat itu dinamakan Joko Samudra.
Ketika masa remaja, Joko Samudra diperintahkan oleh ibunya untuk
berguru kepada Sunan Ampel. Setelah tidak lama mengajar Raden Paku, Sunan Ampel
mengetahui siapa Joko Samudra yang sesungguhnya. Sehingga Joko Samudra bersama
Sunan Bonang dikirim menuju Pasai untuk mendalami ajaran Islam. Setelah sampai
di Pasai, mereka diterima oleh Maulana Ishaq yaitu ayah Joko sendiri. Disinilah
Joko Samudra mengetahui nama dia yang sesungguhnya, yaitu Raden Paku. Raden
Paku juga mengetahui asal mula kenapa dia dibuang dari Blambangan.
Kisah Perjuangan Sunan
Giri
Setelah tinggal di Pasai selama tiga tahun, Raden Paku dan Sunan
Bonang dipersilahkan kembali ke tanah Jawa. Ayahnya memberikan sebuah bungkusan
kain kecil yang berisi tanah. Ayah Raden Paku berpesan kepada anaknya untuk
membangun sebuah pesantren di Gresik dengan mencari tanah yang sama persis
dengan tanah yang ada di bungkusan ituAkhirnya Mereka berdua kembali ke tanah
Jawa dan melaporkan semua pembelajarannya kepada Sunan Ampel. Lalu Sunan Ampel
memerintahkan Sunan Bonang untuk berdakwah di Tuban, sedangkan Raden Paku
diperintahkan untuk pulang ke Gresik.
Setelah tiba di Gresik, Raden Paku mendirikan sebuah pesantrenKarena
pesantren terletak di dataran tinggi, maka pesantren tersebut diberi nama
Pesantren Giri. Karena Giri bermakna sebagai gunung (dataran tinggi).Atas
berkat dukungan istri-istri Raden Paku dan ibunya, pesantren Giri bisa terkenal
sampai ke seluruh nusantara hanya dalam waktu 3 tahun. Raden Paku memiliki 2
orang istri yaitu Dewi Murtasiha (Putri dari Sunan Ampel) dan Dewi Wardah
(Putri Ki Ageng Bungkul).Atas terkenalnya pesantren Giri, banyak murid-murid
baru masuk ke pesantren Giri. Hal ini membuat semakin mudah Sunan Giri untuk
berdakwah.
Sunan Giri berdakwah melalui cara ceramah-ceramah di
masyarakat dan di pesantren Giri. Selain ceramah, beliau juga menyampaikan
ajaran-ajaran agama Islam melalui permainan tradisional anak-anak, seperti
Jelungan dan Cublak Suweng.
6.Sunan Muria,
sunan yang berkedudukan di
sungai Muria, Kudus.
Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria atau Raden Umar Said
adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya
yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi
Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan
Kudus.
Beliau adalah putera Sunan
Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama
aslinya Raden Umar Said. Seperti ayahnya, dalam berdakwah beliau menggunakan
cara halus, ibarat mengambil ikan tidak sampai mengeruhkan airnya. Itulah cara
yang ditempuh untuk menyiarkan agama Islam di sekitar Gunung Muria.
Tempat tinggal beliau di gunung Muria
yang salah satu puncaknya bernama Colo. Letaknya disebelah utara kota Kudus.
Sasaran dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata.
Beliau lah satu-satu wali yang tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang
sebagai alat dakwah untuk menyampaikan Islam. Dan beliau pula yang menciptakan
tembang Sinom dan Kinanti.
No comments:
Post a Comment