Kota
Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa
Timur, Indonesia, sekaligus kota metropolitan terbesar di
provinsi tersebut. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia
setelah Jakarta. Kota ini terletak 796 km sebelah timur Jakarta, atau
415 km sebelah barat laut Denpasar, Bali. Surabaya terletak di
pantai utaraPulau Jawa bagian timur dan berhadapan dengan Selat
Madura serta Laut Jawa.
Surabaya
memiliki luas sekitar 350,54 km² dengan penduduknya berjumlah 2.765.487
jiwa (2010). Daerah metropolitan Surabaya
yaitu Gerbangkertosusila yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa,
adalah kawasan metropolitan terbesar kedua di Indonesia
setelah Jabodetabek. Surabaya dilayani oleh sebuah bandar udara,
yakni Bandar Udara Internasional Juanda, serta dua pelabuhan,
yakni Pelabuhan Tanjung Perak danPelabuhan Ujung.
Surabaya
terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang
sangat diperhitungkan dalam perjuangan Arek-Arek Suroboyo.
Bukti sejarah menunjukkan bahwa Surabaya sudah
ada jauh sebelum zaman kolonial, seperti yang tercantum dalam prasasti Trowulan
I, 1358 M. Dalam prasasti itu terungkap bahwa Surabaya (Churabhaya) masih
berupa desa di tepian sungai Brantas sebagai salah satu tempat penyebrangan
penting sepanjang sungai Brantas. Surabaya juga tercantum dalam pujasasra
Negara Kertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca tentang perjalanan pesiar
Baginda Hayam Wuruk pada tahun 1365 dalam pupuh XVII (bait ke-5, baris
terakhir).
Walaupun bukti tertulis tertua mencantumkan nama Surabaya
berangka tahun 1358 M (Prasasti Trowulan) & 1365 (Negara
Kertagama), para ahli menduga bahwa Surabaya sudah ada sebelum tahun-tahun
tersebut. Menurut hipotesis Von
Faber,
Surabaya didirikan
tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara sebagai tempat pemukiman baru bagi
prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan tahun 1270 M.
Hipotesis yang lain mengatakan bahwa Surabaya dulu bernama Ujung Galuh.
Dalam sejarah, nama Surabaya
terdapat pada buku: Negarakartagama tahun 1365 M. Pada bait 5
disebutkan: Yen ring Janggala lok sabha n rpati ring Surabhaya terus ke
Buwun. Artinya: Jika di Jenggala ke laut, raja tinggal di Surabaya terus ke
Buwun. Jenggala adalah Sidoarjo dan Buwun adalah Bawean.
Adu kesaktian dilakukan di pinggir Kali Mas,
di wilayah Peneleh. Perkelahian itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam
dan berakhir dengan tragis, karena keduanya meninggal setelah kehilangan
tenaga.
Nama Śūrabhaya sendiri
dikukuhkan sebagai nama resmi pada abad ke-14 oleh penguasa Ujung Galuh, Arya
Lêmbu Sora.
SIMBOL KOTA SURABAYA
Tentang simbol kota Surabaya yang
berupa ikan sura dan buaya terdapat banyak sekali cerita. Salah satu yang
terkenal tentang pertarungan ikan sura dan buaya diceritakan oleh LCR. Breeman,
seorang pimpinan Nutspaarbank di Surabaya pada tahun 1918.
Cerita
Sejarah Kota Surabaya kental dengan nilai kepahlawanan.
Sejak awal berdirinya, kota ini memiliki sejarah panjang yang terkait dengan
nilai-nilai heroisme. Istilah Surabaya terdiri dari kata sura (berani) dan baya
(bahaya), yang kemudian secara harfiah diartikan sebagai berani menghadapi
bahaya yang datang. Nilai kepahlawanan tersebut salah satunya mewujud dalam
peristiwa pertempuran antara Raden Wijaya dan Pasukan Mongol pimpinan Kubilai
Khan di tahun 1293. Begitu bersejarahnya pertempuran tersebut hingga tanggalnya
diabadikan menjadi tanggal berdirinya Kota Surabaya hingga saat ini, yaitu 31
Mei.
Heroisme masyarakat Surabaya paling tergambar dalam pertempuran 10 Nopember 1945. Arek-arek Suroboyo, sebutan untuk orang Surabaya, dengan berbekal bambu runcing berani melawan pasukan sekutu yang memiliki persenjataan canggih. Puluhan ribu warga meninggal membela tanah air. Peristiwa heroik ini kemudian diabadikan sebagai peringatan Hari Pahlawan. Sehingga membuat Surabaya dilabeli sebagai Kota Pahlawan.
Sejarah Surabaya juga berkaitan dengan aktivitas perdagangan. Secara geografis Surabaya memang diciptakan sebagai kota dagang dan pelabuhan. Surabaya merupakan pelabuhan gerbang utama Kerajaan Majapahit. Letaknya yang dipesisir utara Pulau Jawa membuatnya berkembang menjadi sebuah pelabuhan penting di zaman Majapahit pada abad ke - 14.
Berlanjut pada masa kolonial, letak geografisnya yang sangat strategis membuat pemerintah Kolonial Belanda pada abad ke - 19, memposisikannya sebagai pelabuhan utama yang berperan sebagai collecting centers dari rangkaian terakhir kegiatan pengumpulan hasil produksi perkebunan di ujung Timur Pulau Jawa, yang ada di daerah pedalaman untuk diekspor ke Eropa.
Heroisme masyarakat Surabaya paling tergambar dalam pertempuran 10 Nopember 1945. Arek-arek Suroboyo, sebutan untuk orang Surabaya, dengan berbekal bambu runcing berani melawan pasukan sekutu yang memiliki persenjataan canggih. Puluhan ribu warga meninggal membela tanah air. Peristiwa heroik ini kemudian diabadikan sebagai peringatan Hari Pahlawan. Sehingga membuat Surabaya dilabeli sebagai Kota Pahlawan.
Sejarah Surabaya juga berkaitan dengan aktivitas perdagangan. Secara geografis Surabaya memang diciptakan sebagai kota dagang dan pelabuhan. Surabaya merupakan pelabuhan gerbang utama Kerajaan Majapahit. Letaknya yang dipesisir utara Pulau Jawa membuatnya berkembang menjadi sebuah pelabuhan penting di zaman Majapahit pada abad ke - 14.
Berlanjut pada masa kolonial, letak geografisnya yang sangat strategis membuat pemerintah Kolonial Belanda pada abad ke - 19, memposisikannya sebagai pelabuhan utama yang berperan sebagai collecting centers dari rangkaian terakhir kegiatan pengumpulan hasil produksi perkebunan di ujung Timur Pulau Jawa, yang ada di daerah pedalaman untuk diekspor ke Eropa.
Ditilik dari makna, nama “Hujung” atau ujung tanah yang menjorok ke laut, yakni
tanjung, dapat dipastikan wilayah ini berada di pantai. “Galuh” artinya emas.
Dalam bahasa Jawa tukang emas dan pengrajin perak disebut: Wong
anggaluh atau kemasan seperti tercantum dalam kamus
Juynboll dan Mardiwarsito. Dalam purbacaraka galuh sama artinya dengan
perak.Hujunggaluh atau Hujung Emas, bisa disebut pula sebagai Hujung Perak, dan
kemudian menjadi “Tanjung Perak” yang terletak di muara sungai atau Kali Emas
(Kalimas). Nah, bisa jadi Tanjung Perak sekarang itulah yang dulu bernama
Hujung galuh.
Dilihat dari lokasi Surabaya sekarang, berdasarkan
prasasti Klagen, lokasi Hujunggaluh itu sebagai jalabuhan.
Artinya, tempat bertemu para pedagang lokal dan antarpulau yang melakukan
bongkarmuat barang dengan perahu. Diperkirakan, kampung Galuhan sekarang yang
ada di Jalan Pawiyatan Surabaya, itulah Hujunggaluh, Di sini ada nama kampung
Tembok. Konon tembok itulah yang membatasi laut dengan daratan. Tinjauan
berdasar arti kedudukannya, pada tahun 905, Hujunggaluh tempat kedudukan “parujar
i sirikan” (prasati Raja Balitung, Randusari, Klaten). Parujar adalah
wali daerah setingkat bupati. Bisa diartikan, bahwa Hujunggaluh pernah menjadi
ibukota sebuah daerah setingkat kabupaten, satu eselon di bawah kedudukan “raka
i sirikan”, pejabat agung kerajaan setelah raja Wilayah Surabaya dahulu
merupakan gerbang utama untuk memasuki ibu kota Kerajaan Majapahit dari arah
lautan, yakni dimuara Kali Mas.
Bahkan hari jadi kota Surabaya
ditetapkan yaitu pada tanggal 31 Mei 1293.Pasukan Mongol yang
datang dari laut digambarkan sebagai SURA (ikan hiu / berani) dan pasukan Raden
Wijaya yang datang dari darat digambarkan sebagai BAYA (buaya / bahaya), jadi
secara harfiah diartikan berani menghadapi bahaya yang datang
mengancam. Maka hari kemenangan itu diperingati sebagai hari jadi Surabaya.
dengan demikian maka ucapannya lebih mendekati Junggaluh daripada Sedayu. Pada abad ke-15, Islam mulai menyebar dengan pesat di daerah Surabaya. Salah satu anggota Walisongo, Sunan Ampel, mendirikan masjid dan pesantren di wilayah Ampel. Tahun 1530, Surabaya menjadi bagian dari Kerajaan Demak.
dengan demikian maka ucapannya lebih mendekati Junggaluh daripada Sedayu. Pada abad ke-15, Islam mulai menyebar dengan pesat di daerah Surabaya. Salah satu anggota Walisongo, Sunan Ampel, mendirikan masjid dan pesantren di wilayah Ampel. Tahun 1530, Surabaya menjadi bagian dari Kerajaan Demak.
Runtuhnya Demak
Menyusul runtuhnya Demak, Surabaya menjadi sasaran penaklukan Kesultanan Mataram, diserbu Panembahan Senopati tahun1598, diserang besar-besaran oleh Panembahan Seda ing Krapyak tahun 1610, dan diserang Sultan Agung tahun 1614. Pemblokan aliran Sungai Brantas oleh Sultan Agung akhirnya memaksa Surabaya menyerah. Suatu tulisan VOC tahun 1620 menggambarkan, Surabaya sebagai wilayah yang kaya dan berkuasa. Panjang lingkarannya sekitar 5 mijlen Belanda (sekitar 37 km), dikelilingi kanal dan diperkuat meriam. Tahun tersebut, untuk melawan Mataram, tentaranya sebesar 30.000 prajurit
Tahun 1675, Trunojoyo dari Madura merebut
Surabaya, namun akhirnya didepak VOC pada
tahun 1677.
Dalam
perjanjian antara Pakubuwono II dan VOC pada
tanggal 11 November 1743, Surabaya diserahkan penguasaannya kepada
VOC. Gedung pusat pemerintahan Karesidenan Surabaya berada di mulut sebelah
barat Jembatan Merah. Jembatan inilah yang membatasi permukiman
orang Eropa (Europeesche Wijk) waktu itu, yang ada di sebelah
barat jembatan dengan tempat permukiman
orang Tionghoa; Melayu; Arab; dan sebagainya (Vremde
Oosterlingen), yang ada di sebelah timur jembatan tersebut. Hingga tahun
1900-an, pusat kota Surabaya hanya berkisar di sekitar Jembatan Merah saja.
Era kolonial
Peta Surabaya dari buku panduan perjalanan dari Inggris
tahun 1897.Kawasan Jembatan Merah sekitar tahun 1920-an.Suasana Jalan Tunjungan
sekitar tahun 1930-an.Pada masa Hindia Belanda, Surabaya berstatus sebagai
ibu kota Karesidenan Surabaya, yang wilayahnya juga mencakup daerah yang kini
wilayah Kabupaten Gresik; Sidoarjo;Mojokerto; dan Jombang.
Pada tahun 1905, Surabaya mendapat status kotamadya(gemeente).
Pada tahun 1926, Surabaya ditetapkan sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur.
Sejak saat itu Surabaya berkembang menjadi kota modern terbesar kedua di Hindia
Belanda setelah Batavia.
Sebelum
tahun 1900, pusat
kota Surabaya hanya berkisar di sekitar Jembatan Merah saja. Pada
tahun 1910, fasilitas pelabuhan modern dibangun di Surabaya, yang kini
dikenal dengan nama Pelabuhan Tanjung Perak. Sampai tahun 1920-an, tumbuh
permukiman baru seperti daerah Darmo; Gubeng; Sawahan;
dan Ketabang.
Tanggal 3
Februari 1942, Jepang menjatuhkan bom di Surabaya. Pada
bulan Maret 1942, Jepang berhasil merebut
Surabaya. Surabaya kemudian menjadi sasaran serangan udaratentara
Sekutu pada tanggal 17 Mei 1944.
.
Karena mengira komandannya akan diserang oleh milisi, pasukan Inggris kompi D yang dipimpin Mayor Venu K. Gopal melepaskan tembakan ke atas untuk membubarkan para milisi. Para milisi mengira mereka diserang / ditembaki tentara Inggris dari dalam gedung Internatio dan balas menembak. Seorang perwira Inggris, Kapten R.C. Smith melemparkan granat ke arah milisi Indonesia, tetapi meleset dan jatuh tepat di mobil Brigjen Mallaby.
Karena mengira komandannya akan diserang oleh milisi, pasukan Inggris kompi D yang dipimpin Mayor Venu K. Gopal melepaskan tembakan ke atas untuk membubarkan para milisi. Para milisi mengira mereka diserang / ditembaki tentara Inggris dari dalam gedung Internatio dan balas menembak. Seorang perwira Inggris, Kapten R.C. Smith melemparkan granat ke arah milisi Indonesia, tetapi meleset dan jatuh tepat di mobil Brigjen Mallaby.
Granat
meledak dan mobil terbakar. Akibatnya Brigjen Mallaby dan sopirnya tewas.
Laporan awal yang diberikan pasukan Inggris di Surabaya ke markas besar pasukan
Inggris di Jakarta menyebutkan Brigjen Mallaby tewas ditembak oleh milisi
Indonesia.
9
November 1945, Inggris menyebarkan ultimatum agar semua senjata tentara
Indonesia dan milisi segera diserahkan ke tentara Inggris, tetapi ultimatum ini
tidak diindahkan.
10
November 1945, Inggris mulai membom Surabaya dan perang sengit berlangsung
terus menerus selama 10 hari. Dua pesawat Inggris ditembak jatuh pasukan RI dan
salah seorang penumpang, Brigadir Jenderal Robert Guy Loder-Symonds terluka
parah dan meninggal keesokan harinya.
20
November 1945, Inggris berhasil menguasai Surabaya dengan korban ribuan
orang prajurit tewas. Lebih dari 20.000 tentara Indonesia, milisi dan penduduk
Surabaya tewas. Seluruh kota Surabaya hancur lebur.
Pertempuran
ini merupakan salah satu pertempuran paling berdarah yang dialami pasukan
Inggris pada dekade 1940-an. Pertempuran ini menunjukkan kesungguhan bangsa
Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dan mengusir penjajah.
Karena
sengitnya pertempuran dan besarnya korban jiwa, setelah pertempuran ini, jumlah
pasukan Inggris di Indonesia mulai dikurangi secara bertahap dan digantikan
oleh pasukan Belanda. Pertempuran pada tanggal 10
November 1945 tersebut hingga saat ini dikenang dan diperingati
sebagai Hari Pahlawan.
Era pasca-kemerdekaan
Kota
yang jalan utamanya dulu hampir berbentuk seperti pita dari jembatan Wonokromo
di sebelah Selatan menuju ke Jembatan Merah di sebelah Utara sepanjang kurang
lebih 13 km tersebut, di akhir tahun 1980-an mulai berubah total.
Pertambahan penduduk dan urbanisasi yang pesat, memaksa Surabaya untuk
berkembang ke arah Timur dan Barat seperti yang ada sekarang. Bertambahnya
kendaraan bermotor, tumbuhnya industri baru serta menjamurnya perumahan yang
dikerjakan oleh perusahaan real estate yang menempati
pinggiran kota mengakibatkan tidak saja terjadi kemacetan di tengah kota tapi
juga tidak jarang terjadi pula di pinggiran kota. Surabaya telah berkembang
jauh dari kota yang relatif kecil dan kumuh di akhir abad ke-19, menjadi kota
metropolitan di akhir abad ke-20 dan pada kurun abad ke-21 menjadi salah satu
metropolitan dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara. Kota yang pada kurun
abad ke-20 dan awal abad ke-21 dipandang panas dan kumuh ini juga berhasil berubah
menjadi salah satu kota metropolitan yang paling tertata di Indonesia dengan
kualitas udara terbersih.
Geologi DAN Topografi
Kondisi
geologi Kota Surabaya terdiri dari Daratan Alluvium; Formasi Kabuh; Pucangan;
Lidah; Madura; dan Sonde. Sedangkan untuk wilayah perairan, Surabaya tidak
berada pada jalur sesar aktif ataupun berhadapan langsung dengan samudera,
sehingga relatif aman dari bencana alam. Berdasarkan kondisi geologi dan
wilayah perairannya, Surabaya dikategorikan ke dalam kawasan yang relatif aman
terhadap bencana gempa bumi maupun tanah amblesan .
Surabaya
terletak di tepi pantai utara provinsi Jawa Timur. Wilayahnya berbatasan
dengan Selat Madura di sebelah utara dan timur, Kabupaten
Sidoarjo di sebelah selatan, serta Kabupaten Gresik di sebelah
barat. Sebagian besar wilayah Surabaya merupakan dataran rendah yaitu 80,72%
dengan ketinggian antara -0,5 – 5m SHVP atau 3 – 8 m di atas permukaan laut,
sedangkan sisanya merupakan daerah perbukitan yang terletak di wilayah Surabaya
Barat (12,77%) dan Surabaya Selatan (6,52%). Di wilayah Surabaya Selatan
terdapat 2 bukit landai yaitu di daerah Lidah dan Gayungan yang ketinggiannya
antara 25 – 50 m di atas permukaan laut dan di wilayah Surabaya Barat memiliki
kontur tanah perbukitan yang bergelombang. Struktur tanah di Surabaya terdiri
dari tanah aluvial, hasil endapan sungai dan pantai, dan di bagian barat
terdapat perbukitan yang mengandung kapur tinggi. Di Surabaya terdapat
muara Kali Mas, yakni satu dari dua pecahan Sungai Brantas. Kali Mas
adalah salah satu dari tiga sungai utama yang membelah sebagian wilayah
Surabaya bersama dengan Kali Surabaya dan Kali Wonokromo.
Pemerintah Daerah
DAN Perwakilan
Secara administratif pemerintahan
kota Surabaya dipimpin oleh seorang wali kota dan wakil wali kota
yang membawahi koordinasi atas satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
yang terdiri dari sekretariat daerah kota; staf-staf ahli; sekretariat DPRD
kota; dinas-dinas; badan-badan; inspektorat daerah; kecamatan yang dikepalai
oleh seorang camat(termasuk satuan yang setingkat);
dan kelurahan yang dikepalai oleh seorang lurah (termasuk satuan yang
setingkat). Seluruh pegawai SKPD merupakan jajaran pegawai negeri
sipil di lingkungan pemerintah kota. Selain itu, wali kota Surabaya juga
memiliki mitra kerja setingkat lain yang ikut berperan penting dalam
pembangunan kota Surabaya
Secara konstitusional, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Surabaya merupakan lembaga legislatif atau perwakilan rakyat yang
dipilih langsung oleh rakyat Surabaya pada pemilihan umum legislatif
setiap lima tahun sekali. Anggota DPRD Kota Surabaya periode 2014-2019 adalah
50 orang yang didominasi oleh PDI Perjuangan (15 kursi); Partai
Demokrat (6 kursi); dan Partai Gerindra (5 kursi) Pimpinan
DPRD Kota Surabaya periode 2014-2019 terdiri dari Armuji (Ketua;
PDI-P), Ratih Retnowati (Wakil Ketua;
Demokrat), Dharmawan (Wakil Ketua; Gerindra), dan Masduki
Toha (Wakil Ketua; PKB) yang resmi menjabat sejak 17
September 2014.
PERTAHANAN DAN KE AMANAN
Surabaya merupakan markas besar dari Kodam V/Brawijaya yang merupakan
komando kewilayahan pertahanan dari TNI Angkatan Darat di wilayah Provinsi
Jawa Timur. Wilayah satuan teritorial Kodam V/Brawijaya di wilayah Surabaya
adalah Korem 084/Bhaskara Jaya yang terbagi atas beberapa Kodim,
yaitu Surabaya Utara; Surabaya Timur; Surabaya Selatan; Sidoarjo; Gresik;
Bangkalan; Sampang; Pamekasan; dan Sumenep. Seluruh Kodim tersebut kemudian
dibagi lagi menjadi beberapa Koramil yang berada di
tingkat kecamatan. Kota Surabaya juga merupakan markas besar
dari Armada Timur TNI Angkatan Laut yang berpusat di Pelabuhan
Tanjung Perak, Surabaya. Armada Timur TNI Angkatan Laut membawahi wilayah laut
Indonesia bagian timur.
Agama Dan Etnis
Agama Islam adalah
agama mayoritas penduduk Surabaya. Surabaya merupakan salah satu pusat
penyebaran agama Islam yang paling awal di tanah Jawa dan merupakan basis
warga Nahdlatul 'Ulama yang beraliran moderat. Masjid
Ampel didirikan pada abad ke-15 oleh Sunan Ampel, salah satu
pioner Walisongo
Agama
lain yang dianut sebagian penduduk adalah Kristen Protestan; Katolik
Roma; Hindu;Buddha; dan Konghucu. Walaupun Islam merupakan mayoritas
di Surabaya, namun kerukunan umat beragama untuk saling menghormati;
menghargai; dan menolong sesamanya cukuplah besar. Hal ini terlihat dari
bangunan Masjid Al-Akbar yang merupakan masjid terbesar kedua di
Indonesia setelah Masjid Istiqlal, Jakarta. Di Surabaya juga
terdapat Masjid Cheng Ho yang terletak di daerah Ketabang yang
memiliki arsitektur layaknya kelenteng.
Agama lainnya yang ada di Surabaya adalah agama Yahudi.
Penganut agama Yahudi umumnya adalah imigran Yahudi asal Irak & Belanda.
Hal ini semakin jelas dengan adanya makam khusus orang Yahudi di daerah Kembang
Kuning Surabaya.
Suku
Jawa adalah suku bangsa asli yang menjadi mayoritas di Surabaya
Meskipun
Jawa adalah suku mayoritas (83,68%), tetapi Surabaya juga menjadi tempat
tinggal suku Madura (7,5%), dimana orang madura banyak menghuni
wilayah pesisir utara (wilayah Pantai Kenjeran) dan bagian timur kota; Etnis
lainnya antara lain Tionghoa (7,25%) dan Arab (2,04%), yang
terdapat di bagian pusat kota; dan sisanya merupakan suku bangsa lain
seperti Bali; Sunda; Batak; Bugis; Banjar Manado; Minangkabau; Dayak; Toraja; Ambon; Aceh; Melayu; Betawi;
serta warga asing.
Sebagai
salah satu kota tujuan pendidikan, Surabaya juga menjadi tempat tinggal pelajar
/ mahasiswa dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia, bahkan di antara
mereka juga membentuk wadah komunitas tersendiri. Sebagai salah satu pusat
perdagangan regional, banyak warga asing (ekspatriat) yang tinggal di Surabaya, terutama
di daerah Surabaya Barat.
Bahasa Dan Perekonomian
Surabaya
memiliki dialek khas Bahasa Jawa yang dikenal dengan boso
Suroboyoan (bahasa ke-Surabaya-an). Dialek ini dituturkan di daerah
Surabaya dan sekitarnya, dan memiliki pengaruh di bagian timur Provinsi Jawa
Timur. Dialek ini dikenal egaliter, blak-blakan, dan masyarakat
Surabaya dikenal cukup fanatik dan bangga terhadap bahasanya. Namun sebagian
besar penduduk Surabaya masih menjunjung tinggi adat istiadat Jawa, termasuk
penggunaan bahasa Jawa halus untuk menghormati orang yang lebih tua atau orang
yang baru dikenalnya, secara tidak langsung telah mencampuradukkan bahasa asli
Surabaya, ngoko, dan bahasa Madura, sehingga diperkirakan
banyak kosakata asli bahasa Surabaya yang sudah punah. Beberapa contoh
adalah njegog:belok, ndherok':berhenti, gog:paman, maklik:bibi.
Letak Kota Surabaya yang
sangat strategis berada hampir di tengah wilayah Indonesia dan tepat di selatan
Asia menjadikannya sebagai salah satu
Kawasan Pusat Bisnis
Dalam
kurun waktu 2 dekade, Surabaya dan kota-kota satelit di sekitarnya telah
mempunyai andil finansial yang vital di Indonesia dikarenakan sektor
perdagangan, industri, dan jasanya yang terus berkembang. Hal ini kemudian
menyebabkan daya beli masyarakat meningkat dan indeks kepercayaan konsumen yang
berkembang pesat. Hal ini tentunya menarik minat investor untuk ikut andil
dalam perubahan wajah kota, sehingga mendorong munculnya "Kawasan Bisnis
Terpadu" / Central Business District (CBD) sebagai
pusat-pusat kegiatan bisnis di Surabaya. Kawasan bangunan tinggi (highrise
building) berada di sekitar Jalan Tunjungan, Basuki Rachmat, Darmo, Mayjend
Sungkono, H.R. Muhammad, dan Ahmad Yani, sedangkan kawasan industri di Surabaya
di antaranya adalah Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), Karangpilang dan
Margomulyo. Berikut ini adalah beberapa kawasan CBD yang termasuk ke
dalam kawasan emas di kota Surabaya:
Kawasan Pusat Bisnis Surabaya Pusat
Surabaya
memiliki beberapa sentra bisnis yang bisa dijadikan jujugan investasi. Di
kawasan Surabaya Pusat, berjejer gedung-gedung perkantoran yang bisa
dimanfaatkan ruangnya bagi pelaku bisnis. Pusat bisnis yang ada itu misalnya di
Surabaya pusat, ada Wisma BII, Plasa BRI, Plasa Mandiri, Graha Warna Warni,
Wisma Dharmala, dan lain sebagainya. Di pusat kota Surabaya ini, bisa ditemui
berbagai macam kantor bisnis. Diantaranya pebankan, valas dan bursa modal, jasa
telekomunikasi, pengangkutan, ekspor impor, pariwisata, dan lain sebagainya.
Tak ketinggalan, di kawasan tengah kota juga terbuka luas peluang bisnis jasa
yang luas.
Kawasan Pusat Bisnis Surabaya Barat
Perlahan tapi pasti, Surabaya
Barat makin memperlihatkan diri sebagai kawasan penting yang mengubah wajah
kota Surabaya keseluruhan.
Menyusul aksi progresif PT Intiland Development Tbk dalam
mengembangkan sabuk bisnis, dan komersial bertajuk Graha Festival sepanjang 1,8
kilometer.
Menurut COO dan Vice President Director PT Intiland
Development Tbk Sinarto Dharmawan, Surabaya Barat punya potensi menjadi kawasan
bisnis atau central business district (CBD) Baru Kota
Surabaya.
Mochtadin si beted
No comments:
Post a Comment